Ayooo Kita Lestarikan Angklung

SIMFONI 1000 ANGKLUNG

Semarak Simfoni Angklung 2016

Selasa, 31 Januari 2017

Posted by Unknown On 09.05
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka mempererat tali silaturahmi antara para Pecinta Angklung Indonesia, baik yang berada di dalam maupun luar daerah, mari kita bersama-sama untuk hadir dalam agenda kegiatan AAI yaitu Koordinasi Kegiatan AAI tahun 2017 yang akan dilaksanakan pada:

Hari : Rabu, 1 Februari 2017
Pukul : 13.000 WIB s/d selesai
Tempat : Aula SMPN 10 Kota Tangerang Selatan
               Jl. Yaktapena Raya No.08 Pondok Ranji Ciputat Timur 15412

Semoga Allah S.W.T meridhoi dan mengizinkan kita semua untuk dapat menghadiri dan mensukseskan acara tersebut. Kami selaku penyelenggara mengucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


Minggu, 29 Mei 2016

Posted by Unknown On 06.40



  
Symponi 1000 Angklung pada hari Sabtu, 28 Mei 2016 di Lapangan SMPN 10 Tangerang Selatan (Tangsel), Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangsel, Banten menjadi langkah awal melestarikan seni tradisional alat musik Angklung di Kota Tangsel.
Kepala SMPN 10 Tangsel, Drs. H. Rohidi, M.A mengaku merasa bersyukur dan bangga atas terlaksananya kegiatan Symponi 1000 Angklung yang telah menjadi program sejak lama.
“Tadinya bikin konsep sederhana saja, yang penting harus ada 1000 Angklung. Kemudian, dimodifikasi akhirnya seperti hari ini. Saya seni musik gak ngerti, tapi pengen angklung hidup di Tangsel,” katanya kepada tangerangonline.id.
Salah satu pendiri Asosiasi Angklung Indonesia (AAI) ini pun sangat berharap agar Symponi 1000 Angklung dapat terlaksana kembali di lapangan yang lebih besar dan massa yang lebih banyak. “Kalau perlu se masyarakat Kota Tangsel,” harap Rohidi.
Pengawas pembina gugus 03 dari Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Drs. H. M. Lukbi, M.Pd mendukung penuh kegiatan positif seperti Symponi 1000 Angklung yang notabene menjadi dasar pelestarian alat musik milik bangsa.
“Jangan sampai Angklung diakui oleh negara lain lagi,” ujar Lukbi yang ikut menghadiri acara Symponi 1000 Angklung.
SMPN 10 Tangsel pernah meraih penghargaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dan ikut serta dalam kegiatan Angklung Days ke 6 tahun 2015 di Bandung, Jawa Barat.
“Piagam penghargaan apresisi setinggi-tingginya kepada SMPN 10 Tangsel yang telah ikut aktif berpartisipasi dalam rangka pelestarian musik tradisional angklung di Indonesia,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 10 Tangsel, Rena Nurmaya S. Pd kepada tangerangonline.id.
 
Dikutip dari : https://tangerangonline.id/2016/05/29/lestarikan-seni-musik-tradisional-smpn-10-gelar-symponi-1000-angklung/

Sabtu, 28 Mei 2016

Posted by Unknown On 09.00

 Symponi 1000 Angklung yang diselenggarakan di SMPN 10 Tangsel, Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, berlangsung meriah.
Pantauan tangerangonline.id, terlihat di depan sekolah telah berjajar panitia dari OSIS SMPN 10 Tangsel menyambut para tamu undangan yang datang.
Ketua OSIS SMPN 10 Tangsel, Dimas Aji menuturkan persiapan kegiatan telah menghabiskan waktu selama beberapa bulan mulai dari bulan Maret. “Pas juga dengan Hari Pendidikan Nasional. Kegiatan ini sangat menarik karena di Tangsel belom ada yang mengadakan, peserta lumayan banyak, dan untuk melestarikan budaya angklung juga,” tuturnya kepada tangerangonline.id.
Kemudian, di lapangan SMPN 10 Tangsel, telah berkumpul para siswa siswi serta guru yang kompak mengenakan baju batik dan kebaya. Semuanya pun memegang Angklung, alat musik asal Jawa Barat.
Symponi 1000 Angklung diikuti oleh 1000 orang siswa dan siswi yang tergabung dalam Asosiasi Angklung Indonesia (AAI) yaitu SMPN 10 tangsel, SMP IT Setu Tangsel, SMP IT Insan Madani 8 Pondok Aren, SMP Puspita Bangsa Ciputat, dan TK Raihan Pondok Aren Tangsel.
Pelatih Angklung, Pendiri AAI sekaligus Wakil Bidang Kesiswaan SMPN 10 Tangsel, Rena Nurmaya S. Pd, memimpin jalanannya permainan Angklung nan merdu dari seluruh siswa dan guru. Diawali dengan permainan Angklung ganjil genap, kemudian lagu yang dimainkan yakni Mengheningkan Cipta dan Symponi Raya Indonesia ciptaan Guruh Soekarno Putra.
“Ini A, Cis, E. Lagu Symponi Raya Indonesia akan menjadi lagu terakhir,” kata Rena di atas mimbar sambil menganyunkan kedua tangannya.
Setelah permainan angklung dari 1000 Siswa dan Siswi akan dilanjutkan dengan permainan Angklung dari masing-masing sekolah. (Ayu)

Rabu, 20 Januari 2016

Posted by Unknown On 07.23




Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.





Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[butuh rujukan]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

 Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Angklung